KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT. Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, yang telah meberikan rahmat dan hidayahnya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini, shalawat serta salam tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada :
- Dosen pembimbing,Drs.Mahjuddin M.Pd.I atas segala waktu, bimbingan dan saran yang telah diberikan kepada penulis.
- Teman-teman yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.
Penulis juga meyakini bahwa di dalam makalah ini banyak kekurangan karena masih dalam taraf belajar, oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik yang sifatnya rekonstruktif demi kesempurnaan. Penulisan berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 01
DAFTAR ISI 02
BAB I : PENDAHULUAN 03
A: Latar Belakang 03
B: Rumusan Masalah 03
BAB II : PEMBAHASAN 04
A: Tarekat dan pembagiannya 04
B: Hubungan Tarekat dengan tasawuf 05
C: Sejarah Munculnya Tarekat 05
D: Konsep Suluk 07
BAB III : PENUTUP 09
A: Kesimpulan 09
B: Saran 09
Daftar Pustaka 10
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Dewasa ini,kajian tentang tasawuf semakin banyak di minati banyak orang.Sebagai buktinya adalah misalnya,semakin banyaknya buku yang membahas tasawuf di sejumlah perpustakaan,Dinegara-negara yang berpenduduk yang mayoritas muslim,juga Negara-negara barat skalipun yang mayoritas yang masyarakatnya non muslim.Ini dapat menjadi salah satu alas an betapa tingginya ketertarikan mereka terhadap tasawuf.
Hanya saja,tingkat ketertarikan mereka tidak dapat di klaim sebagai sebuah penerimaan bulat-bulat terhadap tasawuf.Jika di teliti lebih mendalam,ketertarikan mereka terhadap tasawuf dapat dilihat dari dua kecenderungan:pertama,karna kecenderungan terhadap kebutuhan fitrah atau naluriah,dan kedua,karna kecenderungan pada persoalan akademis.
B.Rumusan Masalah
1.Hubungan Tarekat dengan Tasawuf?
2.Hubungan Tarekat dengan Suluk?
BAB II
PEMBAHASAN
A.Tarekat dan pembagiannya
Asal kata tarekat dalam bahasa arab adalah ‘’thariqah’’ yang berarti jalan, keadaan, aliran, atau garis pada sesuatu[1] .Tarekat adalah ‘’jalan’’ yang ditenpuh para sufi. Dapat pula digambarkan sebagai jalan yang berpangkal dari syari’at sebab jalan utama disebut syar’, sedangkan anak jalan disebut thariq. Kata turunan ini menunjukkan bahwa menurut anggapan para sufi, pendidikan mistik merupakan cabang dari jalan utama yang terdiri dari hukum ilahi, tempat berpijak bagi setiap muslim. Tidak mungkin ada anak jalan bila tidak ada jalan utama tempat berpangkal, pengalaman mistik tak mungkin didapat bila perintah syari’at yang mengikat itu tidak ditaati.[2]
Menurut Harun Nasution, tarekat berasal dari kata thariqah, yang artinya jalan yang harus ditempuh oleh seorang calon sufi agar ia berada sedekat mungkim dengan Allah. Thariqah kemudian mengandung arti organisasi(tarekat). Tiap tarekat mempunyai syaikh, upacara ritual, dan bentuk zikir sendiri.[3]
Muhammad nawawi al-Jawi mengatakan, bahwa tarekat adalah awal kegiatan tasawuf, yaitu proses pengamalan perintah allah yang tercantum dalam al-Qur’an dan Sunnah, yang disebut syare’at. Menurutnya, bahwa syare’at dan tarekat disebut tahapan al-hidayah dan al-bidayah (termasuk tahapan awal manurut Nawawi). Sedangkan tahapan selanjutnya adalah al-nihayah (tahapan kedua), yaitu tahapan hakekat. Disnilah dapat dikatakan, bahwa Muhammad Nawawi al-Jawi termasuk penganut aliran Tasawuf Salafi.
Karena tasawuf salafi hanya mengejar pembinaan moralitas pribadi dengan melalui zuhud, wara’, ibadah sunnah. Zikir dan tafakkur hingga peserta tasawuf merasakan kepuasan batin setelah melakukan perintah Tuhan-nya. Karena itu Muhammad Nawawi mengatakan, kegiatan Tasawuf harus melalui tahapan Syare’at, Tarekat, dan Hakekat.
Sedangkan ahli tasawuf Irfani mengatakan, tahapan Tasawuf adalah, Syare’t, Tarekat, Hakekat, lalu maasih berlanjut dengan Ma’rifat. Karena Tasawuf Salafi masih konsisten dengan corak tasawuf yang diamalkn oleh para sahabat serta para tabi’in, yang disebut juga ulama salaf, yang kegiatannya hanya mengejar pembinaan moralitas kepribadian, maka tasawuf ini juga disebut tasawuf Akhlaki.
B.Hubungan Tarekat dengan tasawuf
Di dalam ilmu tasawwuf, istilah tarekat tidak saja ditujukan pada aturan dan cara-cara tertentu yang digunakan oleh seorang syaikh tarekat dan bukan pula terhadap kelompok pengikut salah seorang syaikh tarekat, tetapi meliputi segala aspek ajaran yang ada dalam agama islam, seperti shalat, puasa, zakat, haji dan sebagainya, yang semuanya merupakan jalan atau cara mendekatkan diri kepada Allah.[4]
Dalam tarekat yang sudah melembaga itu tercakup semua aspek ajaran islam ditanbah pengalaman serta seorang syaikh. Akan tetapi, semua itu memerlukan tuntunan dan bimbingan seorang syaikh melalui baiat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tasawuf adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah, sedangkan tarekat adalah cara dan jalan yang ditempuh seseorang dalam usahanya mendekatkan diri kepada Allah. Gambaran ini menunjukan bahwa tarekat adalah tasawuf yang telah berkembang dengan beberapa fariasi tertentu, sesuai dengan spesifikasi yang diberikan seorang guru kepada muridnya.
C.Sejarah timbulnya tarekat
Ditinjau dari segi historisnya, kapan dan tarekat mana yang mula-mula timbul sebagai suatu lembaga, sulit diketahui dengan pasti. Namun Harun Nasution mengatakan bahwa setelah Al-Ghozali menghalalkan tasawwuf yang sebelumnya dikatakan sesat, tasawwuf berkembang di dunia islam, tetapi perkembangannya melalui tarekat. Tarekat adalah organisasi dari pengikut sufi-sufi besar yang bertujuan untuk melestarikan ajaran-ajaran tasawwuf gurunya. Tarekat ini memakai suatu tempat kegiatan yang disebut ribat(disebut juga zawiyah, hangkah, pekir). Ini merupakan tempat para murid berkumpul untuk melestarikan ajaran tasawwufnya, ajaran tasawwuf walimya, dan ajaran tasawwuf syeiknya.[5]
Organisasi tersebut mulai timbul pada abad 12M, tetapi baru tampak perkembangannya pada abad-abad berikutnya. Disamping untuk pria ada juga tarekat untuk wanita,tetapi tidak berkembang baik seperti tarekat pria.
Pada awal kemunculannya, tarekat berkembang dari dua daerah, yaitu khurasan/iran dan mesopotamia/Irak. Pada periode ini timbul beberapa tarekat, :diantaranya:
- Tarekat Yasaviyah, yang didirikan oleh Ahmad Al-Yasafi (wafat 562H/1169M) dan disusul oleh tarekat khawajagawiyah yang disponsori oleh Abd Al-Khaliq Al-Ghuzdawani (wafat 617H/1220M). Tarekat Yasaviyah berkembang ke berbagai daerah, antara lain ke Turki. Di sana tarekat ini berganti nama dengan Itarekat Bektashiya Iyamg diidentikan kepada pendirinya Muhammad ’Ata’ bin Ibrahim Hajji Bektasy (wafat 1335M).
- Tarekat Naqsabandiyah, yang didirikan oleh Muhammad Bahauddin An-Naqsabandii Al-Awisi Al-Bukhari (wafat 1389M) di turkistan. Dalam perkembangannya tarekat ini menyebar ke Anatolia (Turki) kemudian meluas ke India dan Indonesia dengan berbagai nama baru yang dinisbatkan kepada pendirinya di daerah tersebut, seperti tarekat khalidiyah, Muradiyah, Mujahidiyah, dan Ahsaniyah.
- Tarekat Khalwatiyah, yang didirikan oleh Umar Al-Khalwati (wafat 1397M). Tarekat Khalwati adalah salah satu tarekat yang terkenal yang berkembang di berbagai negeri, seperti Turki, Siria, Mesir, Hijaz, dan Yaman.
- Tarekat Safawyah, yang didirikan oleh Safiyudin Al-Ardabili (wafat 1334M).
- Tarekat Bairamiyah, yang didirikan oleh Hijji Bairan (wafat 1430M).
Di daerah Mesopotamia masih banyak tarekat yang berkembang di periode ini, antara lain:
1 . Tarekat Qadiriyah yang didirikan oleh Muhy Ad-Din Abd Al-Qadir Al-jailani (471H-1078M).
2. Tarekat Syadziliyah yang dinisbatkan kepada Nur Ad-Din Ahmad Asy-Syadzili (593-656H/1196-1258M).
3. Tarekat Rifa’iyah yang didirikan oleh Ahmad bin Ali Ar-Rif’i (1106-1182)[6]
Karena banyaknya cabang tarekat yang timbul dari tiap-tiap tarekat induk, sulit bagi kita untuk menelusuri sejarah perkembangan tarekat itu secara sistematis dan konsepsional. Akan tetapi, sesuai dengan penjelasan Harun Nasution, cabang-cabang itu muncul akibat dari tersebarnya alumni suatu tarekat yang mendapat ijazah dari gurunya untuk membuka perguruan baru sebagai perluasan dari ilmu yang diperolehnya. Dengan cara ini, dari satu ribat induk kemudian timbul ribat cabang, dari ribat cabang tumbuh ribat ranting, dan seterusnya sampai tarekat itu berkembang ke berbagai dunia Islam. Namun, ribat-ribat tersebut tetap mempunyai ikatan kerohanian, ketaatan, dan amalan-amalan yang sama dengan syaikhnya yang pertama.[7]
D.Konsep suluk
Tarekat itu bisa di lihat dari dua sisi:yaitu Amaliah ( suluk ) dan perkumpulan ( organisasi ).Sisi amaliyah merupakan latihan kejiwaan (rohaniyah)baik di lakukan sesorang atau bersama-sama,dengan aturan-aturan tertentu untuk mencapai suatu tingkat ke rohaniaan yang di sebut Al-Maqomaat,dan Al Akhwaal meskipun kedua istilah ini ada perbedaannya,Latihan kerohanian itu,sering disebut suluk,maka pengertian Tarekat dan Suluk itu sama,bila di lihat dari amalannya(prakteknya).Tetapi kalau di lihat dari organisasinya(perkumpulanya)tentu saja antara tarekat dan suluk itu berbeda.Perbedanya terletak pada kalau suluk itu perjalanan sufi dilihat dari amaliyahnya,tapi kalau tarekat perjalanan sufi di lihat dari sisi perkumpulanya(komunitas).
Karena itu,Ibnu Al Qoyyim menyebut Al suluk li arbabi al maqomaat wa al-ahwal [8],Perjalanan tasawuf untuk membina dan memelihara maqam dan hal dari tinggkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi,untuk mencapai Tasawuf.
Antara maqomaat dan akhwal bisa di bedakan dari dua segi,Pertama,Tinggkat kerohanian yang di sebut maqom bisa diperoleh dengan cara pengamalan ajaran tasawuf yang sungguh-sungguh,sedang ahwal di samping dapat diperoleh manusia yang mengamalkanya,dapat juga diperoleh manusia hanya karna anugrah semata-mata dari Allah.Meskipun ia tidak pernah mengamalkan ajaran tasawuf secara sungguh-sungguh.Kedua,Tingkat kerohanian yang di sebut maqom itu sifatnya langgeng atau bertahan lama,sedangkan akhwal sifatnya sementara,sering ada pada diri manusia,sering juga hilang.
Abu Nashr As-saraaj mengatakan bahwa tingkatan maqam ada tujuh,sedangkan akwal ada sepuluh,Masih menurut Abu Nashr As-saraaj maqam itu sebagai berikut:
1. Tingkatan At-taubah
2. Tingkatan pemeliharaan diri dari perbuatan yang haram dan makruh serta syubhat (wara’)
3. Tingkatan meninggalkan kesenangan dunia (Zuhud)
4. Tingkatan memfakirkan diri (Faqir)
5. Tingkatan sabar
6. Tingkatan Tawakal
7. Tingkatan kerelaan (Ridha)
Begitu pun Akwal menurut Abu Nashr As-saraaj itu ada sepuluh yaitu:
1. Akhwal pengawasan diri (al-muhasabah)
2. Akhwal kedekatan diri (al-qurib)
3. Akhwal cinta (mahabah)
4. Akhwal takut (al khauf)
5. Akhwal harapan (ar-rajaa’)
6. Akhwal kerinduan (as-sauq)
7. Akhwal senang mendekat kepada perintah Allah (al-unsu)
8. Akhwal ketenangan jiwa (tuma’ninah)
9. Akhwal perenungan (al-mussahaah)
10. Akhwal kepastian (al-yaqin)
Kegiatan dzikir yang di lanjutkan dengan tafakur (merenung) dengan bentuk riyadah (melatih rohani),untuk memperoleh tingkatan maqam dan kondisi hal pada waktu tertentu dalam suatu kegiatan tarekat,disebut suluk.[9]
Bab III
Penutup
A.Kesimpulan
Sejalan dengan perkembangannya,Manusia bisa tu’maninah,tentram,damai,dengan mensucikan hati dari kotoran dosa,mengamalkan ajaraan para sufi,yang sesuai dengan tuntunan Al Qur’an dan Hadis.akhirnya manusia bisa merasakan lezatnya munajat,muajahah dengan sang kholiq.
Hanya dengan hati yang suci dan bersih iluminasi tuhan bisa meresap,seperti pernyataan Sahl bin Abdillah bahwa puncak makrifat itu adalah keadaan yang diliputi rasa kekagum dan keheranan ketika shufi bertatapan dengan tuhan-Nya,sehingga keadaan itu membawa kepada kelupaan dirinya,itu semua tidak terlepas dari ajaran yang ada dalam tasawuf tarekat.
B.Saran
Dari makalah ini, kami yakin banyak sekali kekurangan yang perlu disempurnakan untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami tunggu untuk kesempurnaan makalah ini.
Daftar Pustaka
Annemarie Schimel,Dimensi mistik dalam islam,terj.Supadri Djoko damono dkk.dari mistikal dimension of islam(1975),Pustaka firdaus,
A.J.Ardery,Sufisme,George allen & Unwil ltd,
DR.Rosihon Anwar.M.Ag,DR.Mukhtar Sholihin.M.Ag.Ilmu Tasawuf,Pustaka setia,2000.
Ghostdoor,Pengamal tarekatmu’tabarah qodqriyyah wa naqsabandiyyah,www.suluksufi.com
Harun Nasution,Islam di tinjau dari berbagai aspeknya,jilid II,UI-Press,
Ibnu Al Qoyyim al jawziyyah,madarij as salikin,bairut dar kutub.
Luis makluf,Al- Munjid fi Al Lughat wa Al A’lam,Dar Al Masyriq,Beurut,1986.
[1] Luis makluf,Al- Munjid fi Al Lughat wa Al A’lam,Dar Al Masyriq,Beurut,1986,hlm.465.
[2] Annemarie Schimel,Dimensi mistik dalam islam,terj.Supadri Djoko damono dkk.dari mistikal dimension of islam(1975),Pustaka firdaus,Jakarta,1986,hlm.101.
[3] Harun Nasution,Islam di tinjau dari berbagai aspeknya,jilid II,UI-Press,
[4] Proyek pembinaan perguruan tinggi agama Suamatra Utara,Pengantar ilmu tasawuf,1981/1982,hlm.273.
[5] Harun Nasution,’’Perkembangan ilmu tasawuf di dunia islam’’Dalam orientas pengembangan ilmu tasawuf,1986,hlm 24.
[6] A.J.Ardery,Sufisme,George allen & Unwil ltd,
[7] DR.Rosihon Anwar.M.Ag,DR.Mukhtar Sholihin.M.asawuf,Pustaka setia,2000,hlm.169
[8] Ibnu Al Qoyyim al jawziyyah,madarij as salikin,bairut dar kutub.87.
[9] Ghostdoor,pengamal tarekat mu’tabarah qodqriyyah wa naqsabandiyyah,www.suluksufi.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar