shutbox


G
u
e
s
t


B
o
o
k
Mw Guest Book yg Seperti ini..??
Klik di Membuat Show Hide floating Guest Book

Sabtu, 03 April 2010

Aku adalah aku

FILSAFAT PANCASILA

Makalah

“Diajukan untuk memenuhi Tugas mata kuliah"

Pengantar Filsafat

F:\LOGO's\IAIN SA.jpg

Disusun oleh :

Moch.Roja’I Rosan : D01209132

Dosen Pembimbing :

Prof.Dr.Moh.Sholeh

FAKULTAS TARBIYAH

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2009

KATA PENGANTAR

Gb 1

Segala puji bagi Allah SWT. Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang, yang telah meberikan rahmat dan hidayahnya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini, shalawat serta salam tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada :

  1. Dosen pembimbing, atas segala waktu, bimbingan dan saran yang telah diberikan kepada penulis.
  2. Teman-teman yang telah membantu dalam proses pembuatan makalah ini.

Penulis juga meyakini bahwa di dalam makalah ini banyak kekurangan karena masih dalam taraf belajar, oleh karena itu penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan. Penulisan berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Surabaya, 10 Desember 2009

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………….02

DAFTAR ISI…………………………………………………………………03

BAB I : PENDAHULUAN………………………………………………...04

A: Latar Belakang…………………………………………………...04

B: Rumusan Masalah………………………………………..............04

BAB II : PEMBAHASAN………………………………………………....05

A: Pengertian Filsafat dan Filsafat Pancasila…………………….05

B: Pancasila sebagai suatu sistem filsafat…………………………06

BAB III : PENUTUP………………………………………………………12

A: Kesimpulan……...………………………………………………12

B: Saran…………….……………………………………………….12

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………...13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penanaman nilai-nilai pancasila melalui pendekatan ilmu filsafat yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari sangat urgen sekali,mengingat situasi masyarakat yang sedang dilanda dekadensi moral,lunturnya identitas diri,chaos dimana-mana,maka sudah barang tentu perlunya intropeksi dan outropeksi mengadakan pembenahan menekan supaya tidak semakin parah.

Dalam era globalisasi dan perubahan social yang sangat cepat,penanaman nilai nilai pancasila menjadi sangat penting agar tidak terjadi split personality.berbagai macam ideology dan gaya hidup sudah masuk ke dalam jantung kehidupan bangsa Indonesia.kapitalisme liberal menggerogoti cara berfikir yang berpotensi mengabaikan nilai nilai kepancasilaan.

Itu semua tantangan bagi bangunan masyarakat madani yang kita cita – citakan,yang kita harapkan menjadi masyarakat yang demokrasi,berkeadaban dan religius secara bersamaan dalam satu tarikan nafas.

B. RUMUSAN MASALAH

  1. Apa pengertian filsafat dan filsafat pancasila
  2. Nilai-nilai apa sajakah yang ditanam pancasila

BAB II

PEMBAHASAN

A.PENGERTIAN FILSAFAT DAN FILSAFAT PANCASILA

1.Pengertian Filsafat[1]

Istilah ‘filsafat’ secara etimologis merupakan padanan kata falsafah (Arab) dan philosophy (Inggris) yang berasal dari bahasa Yunani (philosophia).

Kata philosophia merupakan kata majemuk yang terususun dari kata philos atau philein yang berarti kekasih, sahabat, mencintai dan kata sophia yang berarti kebijaksanaan, hikmat, kearifan[2], pengetahuan.

Ada dua pengertian filsafat, yaitu:

      • Filsafat dalam arti proses dan filsafat dalam arti produk.
      • Filsafat sebagai ilmu atau metode dan filsafat sebagai pandangan hidup
      • Filsafat dalam arti teoritis dan filsafat dalam arti praktis.

Pancasila dapat digolongkan sebagai filsafat dalam arti produk, sebagai pandangan hidup[3], dan dalam arti praktis,Ini berarti Filsafat Pancasila mempunyai fungsi dan peranan sebagai pedoman dan pegangan dalam sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari, dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara bagi bangsa Indonesia.

2.Pengertian Filsafat Pancasila

Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan ideologi Pancasila.

Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan menyeluruh.

Pancasila dikatakan sebahai filsafat, karena Pancasila merupakan hasil permenungan jiwa yang mendalam yang dilakukan oleh the faounding father kita, yang dituangkan dalam suatu sistem (Ruslan Abdul Gani).

Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan penngertian ilmiah yaitu tentang hakikat dari Pancasla (Notonagoro).

B.PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT

Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya merupakan sistem filsafat.

Yang dimaksud sistem adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh.

Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan organis. Artinya, antara sila-sila Pancasila itu saling berkaitan, saling berhubungan bahkan saling mengkualifikasi. Pemikiran dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia yang berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesama, dengan masyarakat bangsa yang nilai-nilai itu dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Dengan demikian Pancasila sebagai sistem filsafat memiliki ciri khas yang berbeda dengan sistem-sistem filsafat lainnya, seperti materialisme, idealisme, rasionalisme, liberalisme, komunisme dan sebagainya.

1. Ciri sistem Filsafat Pancasila itu antara lain:

a.Sila-sila Pancasila merupakan satu-kesatuan sistem yang bulat dan utuh. Dengan kata lain, apabila tidak bulat dan utuh atau satu sila dengan sila lainnya terpisah-pisah maka itu bukan Pancasila.

b.Susunan Pancasila dengan suatu sistem yang bulat dan utuh itu dapat digambarkan sebagai berikut:

* Sila 1, meliputi, mendasari dan menjiwai sila 2,3,4 dan 5;

* Sila 2, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, dan mendasari dan menjiwai sila 3, 4 dan 5;

* Sila 3, diliputi, didasari, dijiwai sila 1, 2, dan mendasari dan menjiwai sila 4, 5;

* Sila 4, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3, dan mendasari dan menjiwai sila 5;

* Sila 5, diliputi, didasari, dijiwai sila 1,2,3,4.

2. Inti sila-sila Pancasila meliputi:

* Tuhan, yaitu sebagai kausa prima

* Manusia, yaitu makhluk individu dan makhluk sosial

* Satu, yaitu kesatuan memiliki kepribadian sendiri

* Rakyat, yaitu unsur mutlak negara, harus bekerja sama dan gotong royong

* Adil, yaitu memberi keadilan kepada diri sendiri dan orang lain yang menjadi haknya.

Membahas Pancasila sebagai filsafat berarti mengungkapkan konsep-konsep kebenaran Pancasila yang bukan saja ditujukan pada bangsa Indonesia, melainkan juga bagi manusia pada umumnya.Wawasan filsafat meliputi bidang atau aspek penyelidikan ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ketiga bidang tersebut dapat dianggap mencakup kesemestaan.Oleh karena itu, berikut ini akan dibahas landasan Ontologis Pancasila, Epistemologis Pancasila dan Aksiologis Pancasila.

  1. Landasan Ontologis Pancasila

Ontologi, menurut Aristoteles adalah ilmu yang meyelidiki hakikat sesuatu atau tentang ada, keberadaan atau eksistensi dan disamakan artinya dengan metafisika.Masalah ontologis antara lain: Apakah hakikat sesuatu itu? Apakah realitas yang ada tampak ini suatu realitas sebagai wujudnya, yaitu benda? Apakah ada suatu rahasia di balik realitas itu, sebagaimana yang tampak pada makhluk hidup? Dan seterusnya.Bidang ontologi menyelidiki tentang makna yang ada (eksistensi dan keberadaan) manusia, benda, alam semesta (kosmologi), metafisika.Secara ontologis, penyelidikan Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui hakikat dasar dari sila-sila Pancasila.Pancasila yang terdiri atas lima sila, setiap sila bukanlah merupakan asas yang berdiri sendiri-sendiri, malainkan memiliki satu kesatuan dasar ontologis.

Dasar ontologis Pancasila pada hakikatnya adalah manusia, yang memiliki hakikat mutlak yaitu monopluralis, atau monodualis, karena itu juga disebut sebagai dasar antropologis. Subyek pendukung pokok dari sila-sila Pancasila adalah manusia.

Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa yang Berketuhan Yang Maha Esa, yang berkemanusiaan yang adil dan beradab, yang berpersatuan, yang berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta yang berkeadilan sosial pada hakikatnya adalah manusia.Sedangkan manusia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat, raga dan jiwa, jasmani dan rohani. Sifat kodrat[4] manusia adalah sebagai makhluk individu dan makhluk sosial serta sebagai makhluk pribadi dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Maka secara hirarkis sila pertama mendasari dan menjiwai sila-sila Pancasila lainnya. Hubungan kesesuaian antara negara dan landasan sila-sila Pancasila adalah berupa hubungan sebab-akibat:

§ Negara sebagai pendukung hubungan, sedangkan Tuhan, manusia, satu, rakyat, dan adil sebagai pokok pangkal hubungan.

§ Landasan sila-sila Pancasila yaitu Tuhan, manusia, satu, rakyat dan adil adalah sebagai sebab, dan negara adalah sebagai akibat.

2.Landasan Epistemologis Pancasila

Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal, syarat, susunan, metode, dan validitas ilmu pengetahuan.Epistemologi meneliti sumber pengetahuan, proses dan syarat terjadinya pengetahuan, batas dan validitas ilmu pengetahuan.Epistemologi adalah ilmu tentang ilmu atau teori terjadinya ilmu atau science of science.

Menurut Titus (1984:20) terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemologi, yaitu:

      • Tentang sumber pengetahuan manusia;
      • Tentang teori kebenaran pengetahuan manusia;
      • Tentang watak pengetahuan manusia.

Secara epistemologis kajian Pancasila sebagai filsafat dimaksudkan sebagai upaya untuk mencari hakikat Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan.Pancasila sebagai sistem filsafat pada hakikatnya juga merupakan sistem pengetahuan. Ini berarti Pancasila telah menjadi suatu belief system, sistem cita-cita, menjadi suatu ideologi. Oleh karena itu Pancasila harus memiliki unsur rasionalitas terutama dalam kedudukannya sebagai sistem pengetahuan.Dasar epistemologis Pancasila pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dengan dasar ontologisnya. Maka, dasar epistemologis Pancasila sangat berkaitan erat dengan konsep dasarnya tentang hakikat manusia.Pancasila sebagai suatu obyek pengetahuan pada hakikatnya meliputi masalah sumber pengetahuan dan susunan pengetahuan Pancasila.

Tentang sumber pengetahuan Pancasila, sebagaimana telah dipahami bersama adalah nilai-nilai yang ada pada bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai tersebut merupakan kausa materialis Pancasila.Tentang susunan Pancasila sebagai suatu sistem pengetahuan, maka Pancasila memiliki susunan yang bersifat formal logis, baik dalam arti susunan sila-sila Pancasila maupun isi arti dari sila-sila Pancasila itu. Susunan kesatuan sila-sila Pancasila adalah bersifat hirarkis dan berbentuk piramidal.

3.Landasan Aksiologis Pancasila

Sila-sila Pancasila sebagai suatu sistem filsafat memiliki satu kesatuan dasar aksiologis, yaitu nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan. Aksiologi Pancasila mengandung arti bahwa kita membahas tentang filsafat nilai Pancasila.

Istilah aksiologi berasal dari kata Yunani axios yang artinya nilai, manfaat, dan logos yang artinya pikiran, ilmu atau teori. Aksiologi adalah teori nilai, yaitu sesuatu yang diinginkan, disukai atau yang baik. Bidang yang diselidiki adalah hakikat nilai, kriteria nilai, dan kedudukan metafisika suatu nilai.Nilai (value dalam Inggris) berasal dari kata Latin valere yang artinya kuat, baik, berharga. Dalam kajian filsafat merujuk pada sesuatu yang sifatnya abstrak yang dapat diartikan sebagai “keberhargaan” (worth) atau “kebaikan” (goodness). Nilai itu sesuatu yang berguna. Nilai juga mengandung harapan akan sesuatu yang diinginkan.Nilai adalah suatu kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk memuaskan manusia (dictionary of sosiology an related science). Nilai itu suatu sifat atau kualitas yang melekat pada suatu obyek.

Ada berbagai macam teori tentang nilai:

1.Max Scheler mengemukakan bahwa nilai ada tingkatannya, dan dapat dikelompokkan menjadi empat tingkatan, yaitu:[5]

      • Nilai-nilai kenikmatan: dalam tingkat ini terdapat nilai yang mengenakkan dan nilai yang tidak mengenakkan, yang menyebabkan orang senang atau menderita.
      • Nilai-nilai kehidupan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai yang penting dalam kehidupan, seperti kesejahteraan, keadilan, kesegaran.
      • Nilai-nilai kejiwaan: dalam tingkat ini terdapat nilai-nilai kejiwaan (geistige werte) yang sama sekali tidak tergantung dari keadaan jasmani maupun lingkungan. Nilai-nilai semacam ini misalnya, keindahan, kebenaran, dan pengetahuan murni yang dicapai dalam filsafat.
      • Nilai-nilai kerokhanian: dalam tingkat ini terdapat moralitas nilai yang suci dan tidak suci. Nilai semacam ini terutama terdiri dari nilai-nilai pribadi.

2.Walter G. Everet menggolongkan nilai-nilai manusia ke dalam delapan kelompok:

      • Nilai-nilai ekonomis: ditunjukkan oleh harga pasar dan meliputi semua benda yang dapat dibeli.
      • Nilai-nilai kejasmanian: membantu pada kesehatan, efisiensi dan keindahan dari kehidupan badan.
      • Nilai-nilai hiburan: nilai-nilai permainan dan waktu senggang yang dapat menyumbangkan pada pengayaan kehidupan.
      • Nilai-nilai sosial: berasal mula dari pelbagai bentuk perserikatan manusia.
      • Nilai-nilai watak: keseluruhan dari keutuhan kepribadian dan sosial yang diinginkan.
      • Nilai-nilai estetis: nilai-nilai keindahan dalam alam dan karya seni.
      • Nilai-nilai intelektual: nilai-nilai pengetahuan dan pengajaran kebenaran.
      • Nilai-nilai keagamaan

3.Notonagoro membagi nilai menjadi tiga macam,, yaitu:[6]

      • Nilai material, yaitu sesuatu yang berguna bagi manusia.
      • Nilai vital, yaitu sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat melaksanakana kegiatan atau aktivitas.
      • Nilai kerokhanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani yang dapat dibedakan menjadi empat macam:
        • Nilai kebenaran, yang bersumber pada akal (ratio, budi, cipta) manusia.
        • Nilai keindahan, atau nilai estetis, yang bersumber pada unsur perasaan (aesthetis, rasa) manusia.
        • Nilai kebaikan, atau nilai moral, yang bersumber pada unsur kehendak (will, karsa) manusia.
        • Nilai religius, yang merupakan nilai kerokhanian tertinggi dan mutlak. Nilai religius ini bersumber kepada kepercayaan atau keyakinan manusia.

Secara aksiologis, bangsa Indonesia merupakan pendukung nilai-nilai Pancasila (subscriber of value Pancasila), yaitu bangsa yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan dan berkeadilan sosial.

Pengakuan, penerimaan dan pernghargaan atas nilai-nilai Pancasila itu nampak dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan bangsa Indonesia sehingga mencerminkan sifat khas sebagai Manusia Indonesia

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Keberadaan filsafat dan filsafat pancasila semakin penting di zaman modern dengan tata pergaulan yang kian global dan kompleks, karena nilai nilai kepancasilaan mempengaruhi begitu banyak aspek kehidupan kita, filsafat penting bagi kita yang dalam kehidupannya selalu berhubungan dan bersama orang lain. Filsafat dibutuhkan atau dipelajari oleh mereka yang dalam tugas atau jabatannya akan bekerjasama orang lain.

Sehingga dengan mengetahui perubahan-perubahan,dan geliat kemerosotan nilai-nilai kepancasilaan di sekitar kita tidak menutup kemungkinan kita juga bisa mengatasi dan peka dengan perubahan tersebut.

B. Saran

Dari makalah ini, kami yakin banyak sekali kekurangan yang perlu disempurnakan untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami tunggu untuk kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Notonagoro.1968.Pancasila Secara Ilmiah Populer.Yogyakarta:Pancuran tujuh.

Sunoto.1982.Mengenal filsafat PancasilaI.Yogyakarta:Pen.Fak.Ekonomi.UII

The Liang Gie,1991.Pengantar Filsafat Ilmu.Yogyakarta.Liberty.

Asmoro Achmadi,2005Filsafat Umum,Jakarta.Rajawali Pres


[1] Achmadi asmoro,filsafat umum,-Ed1,cet.6-jakarta:rajawali pres

[2] Phytagoras(572-497)adalah orang pertama yang menggunakan istilah philoshopia,ketika ditanya apakah ia orang arif,Dia menjawab menyebutkan dirinya philoshopos yang berarti pencinta kearifan.Liat the liang gie suatu konsep,kearah penertiban bidang filsfat,karya kencana,Yogyakarta,1977,hlm-6

[3] Theodore bramelt mengatakan bahwa filsfat sebagai usaha yang kokoh dari orang biasa maupun orang cerdik pandai untuk membuat hidup sedapat mungkin dapat dipahami dan mengandung makna.Lihat The liang Gie,op .cit,hlm .8

[4] lihat Notonagoro, 1975: 53

[5] Driyarkara, 1978

[6] Ibid,hlm.53

Tidak ada komentar: